Jumat, 09 September 2011

Kerusuhan di Kendari, Rektor Unhalu Nyatakan Bukan Perang Suku

KENDARI, (Tribunekompas)
By: Leo.S


- Rektor Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Usman Rianse, membantah jika kerusuhan yang terjadi di sekitar area kampus, Kamis, 8 September 2011, merupakan perang suku. "Ini bukan perang suku, tapi perang topeng. Jumlahnya enggak banyak, hanya sekitar 50 orang dan bertopeng," kata Usman yang ditemui di sela-sela Internasional Workshop Celebrating Diversity, Living Harmony, di auditorium Universitas Haluoleo, Kendari, Jumat, 9 September 2011 siang.

Usman menampik jika kerusuhan yang terjadi Kamis malam tersebut merupakan upaya dari pihak-pihak yang ingin menggagalkan seminar internasional dan deklarasi perdamaian (Deklarasi Kendari). Deklarasi itu berisi ajakan kepada seluruh suku bangsa di Indonesia yang beragam untuk menjaga perdamaian. "Kami semua benci perkelahian, peperangan. Maka kita tidak boleh mundur, harus berani mengatasi semua ini," ujarnya.

Kerusuhan berdarah di sekitar Kampus Unhalu pada Kamis malam itu telah menyebabkan dua mahasiswa Unhalu, yakni Laode Muhammah Hijra dan Udin, tewas. Kepolisian masih menelusuri kronologi kejadian dan motif kerusuhan tersebut. Serta berupaya mengidentifikasi para pelaku kerusuhan.

Sebelumnya, Kamis siang di auditorium Unhalu diselenggarakan Internasional Workshop Celebrating Diversity yang dirangkai dengan Deklarasi Kendari. Deklarasi Kendari ditandatangani oleh perwakilan dari berbagai etnis, seperti Buton, Tolaki, Muna, Bajo, Toraja, Jawa, Papua, NTT, Madura, Bima NTB, Manado, Makassar, Sunda, Bali, Batak, Banten, Bugis, dan Flores. Internasional Workshop berlangsung pada 8-10 September 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar