Senin, 30 Januari 2012

Angin Kencang Membawa Korban Jiwa

WONOGIRI, (TRIBUNEKOMPAS)
By: Wiwik Budipriyanto.


- Bupati Danar Rahmanto, Ketua DPRD Kabupaten Wonogiri Wawan Setya Nugraha, Kepala Dinas Sosial Plt Edi Sutopo, Kepala Kesbangpolinmas Gatot Gunawan, Kepala Dinas Pendidikan Suparno berkunjung ke beberapa lokasi bencana angin ribut beserta pihak muspika di Kecamatan Slogohimo dan Bulukerto, kemarin.

Rombongan selain memberikan bantuan juga melayat ke rumah pelajar tewas tertimpa pohon, Dyah Ayu Rio Septiana (14) di Dukuh, Ngaglik, Bulukerto. Kunjungan pertama dilakukan di rumah Warijo di Ngrapah, Setren, Slogohimo. Rumah miliknya roboh pada bagian dapur. Bupati memberikan bantuan berupa sembako.

"Waspada angin masih kencang apalagi masih mendung. Kalau mendung angin makin kencang. Mohon diterima bantuan ini, mbah," kata bupati pada Warijo. "Kulo budeg (pendengaran tidak baik-red)," sahut Warijo usai bupati berkata padanya hingga membuat semua tertawa. Tanpa disadari, beras bantuan yang diberikan diletakkan tepat di atas kaki Warijo. Dia pun lantas berkata "Ampun suwe-suwe (jangan lama-lama)," katanya. Ketua DPRD pun lantas mengangkat karung beras agar kaki Warijo tidak terjepit diiringi tawa dari semua yang hadir.

Rombongan meneruskan kunjungan ke rumah satu warga di Desa Soco, lalu lanjut menuju Bulukerto untuk memberikan bantuan sekaligus melayat. Satu rumah tembok bata belum diberi lapisan semen menjadi tujuan utama di Bulukerto. Rumah itu adalah rumah korban tewas tertimpa pohon di Dusun Dukuh, Desa Ngaglik, Bulukerto. Saat bupati tiba di depan pintu, di dalam nampak kedua orangtua korban Pardi dan Larni sudah siap menyambut didampingi kerabat dan saudara.

Nampak menyusul rombongan, anggota dewan asal Bulukerto, Tarso. Larni nampak biasa namun matanya agak berkaca-kaca, sementara Pardi mencoba nampak tegar. Tak banyak kata yang meluncur dari keduanya kecuali terima kasih. Semua jawaban atas pertanyaan bupati dijawab singkat oleh mereka, pihak kerabat yang lebih banyak menjelaskan.

"Dari SD kelas satu sampai kelas lima dia (korban) di Palembang, baru setelah kelas lima SD dia saya ajak kembali ke sini," kata Pardi usai kunjungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar