Rabu, 28 Maret 2012

Petani Kesulitan Dapatkan Pupuk Bersubsidi

BENGKULU, (TRIBUNEKOMPAS)
By: Franky Adinegoro.


— Syam’un (70), petani di Desa Rimbo Recap, Kecamatan Curup Selatan, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, mengaku sangat sulit memperoleh pupuk bersubsidi di kios pengecer. Padahal, lelaki yang menggarap areal persawahan seluas sepertiga hektare milik majikannya itu, saat ini sangat membutuhkan pupuk.

“Sekarang kan kita sedang menghadapi musim tanam. Jadi kami sebagai petani sangat membutuhkan pupuk ini. Kalau tidak segera dipupuk, kita khawatir pertumbuhan dan hasil panen padi nantinya akan menurun,” kata Syam’un, kepada Tribunekompas, saat dijumpai di areal persawahan Desa Rimbo Recap, kemarin.

Syam’un menuturkan, sejak mulai memasuki musim tanam dua bulan silam, dia bahkan merasakan betapa sukarnya memperoleh pupuk di kios terdekat di desanya itu. Sebab, sejak polisi memeriksa sejumlah kios pupuk di Rejang Lebong February lalu, hingga saat ini, pemilik kios enggan menebus pupuk ke distributor.
“Akibatnya, kita sebagai petani ini susah mendapatkan pupuk. Karena itu, sejak ditanam hingga sekarang padi kami sudah berusia 2 bulanan, belum kita berikan pupuk,” ujar gaek berdarah Sunda ini.

Berbeda dengan kisah Marni (43), petani lainnya di Desa Lubuk Ubar, di kecamatan yang sama. Marni mengaku, untuk mendapatkan pupuk bersubsidi ini suaminya bahkan rela pergi ke Kabupaten tetangga, Kepahiang.
“Suami saya membeli pupuk ke daerah Bumi Sari, Kepahiang. Soalnya, agak sulit memperoleh pupuk di desa kami ini,” ucap Marni, tanpa mengetahui secara detail harga, dan toko mana tempat suaminya membeli pupuk tersebut.

Berkenaan dengan itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag Kabupaten Rejang Lebong, Hasmir, berencana mendatangi distributor dan pengecer pupuk di Curup. Hasmir ingin mengecek langsung kondisi di lapangan sekaligus menanyakan alasan para pengecer sehingga tidak mau menebus pupuk ke distributor.

“Kalau tidak besok, mungkin lusa, kami akan mendatangi distributor dan kios pengecer pupuk, untuk menanyai alasan mereka sehingga tidak mau menebus pupuk tersebut,” ujar pria berasal dari Kerinci Jambi ini, di kantornya, Rabu (28/3/2012).

Hasmir mengaku sempat mendengar kabar soal keengganan kios pengecer menebus pupuk ke distributor sejak pemeriksaan polisi berkenaan dengan kelangkaan pupuk beberapa waktu sebelumnya. Namun, dia belum mengetahui secara saksama, apakah cerita itu benar atau tidak.

“Makanya, dalam minggu inilah pokoknya kita akan segera meninjau ke kios dan distributor. Jika perlu, kawan-kawan wartawan akan kita ajak nanti untuk menyaksikan langsung ke lapangan,” kata Hasmir.

Hasmir berkeinginan agar persoalan tersendatnya penyaluran pupuk ini bisa secepatnya terselesaikan. Mengingat, dampak ekonomi yang akan berimbas terhadap ketahanan pangan seandainya masalah ini dibiarkan berlarut-larut.

“Kalau masalah ketahanan pangan sampai terganggu, ini akan menjadi persoalan bangsa. Maka kita harus tegas menyikapinya,” ujar lelaki yang menyelesaikan program pasca sarjana di jurusan hukum ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar