Selasa, 11 Oktober 2011

Air Waduk Gajah Mungkur sangat memprihatinkan

WONOGIRI, (Tribunekompas)
By: Wiwik Budipriyanto.


- Dalam mengantisipasi kekeringan yang mengancam hampir setiap tahun, idealnya memang harus ada cadangan pangan di setiap daerah. Menurut Kepala Kantor Ketahanan Pangan Safuan sesuai dengan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan tiap daerah harus memiliki cadangan pangan setidaknya 100 ton beras.

“Untuk kabupaten setidaknya ada 100 ton cadangan beras dan untuk tingkat provinsi setidaknya 200 ton. Semua untuk berjaga-jaga jika ada kebutuhan pangan akibat bencana, termasuk kekeringan. Kalau di tingkat kabupaten di wilayah Surakarta belum ada yang seperti ini karena terkendala belum adanya gudang. Jumlah 100 ton itu kalau dirata-rata nilainya Rp 700 juta,” katanya Senin (10/10).

Oleh karena itu bilapun nanti ada gudang itu, maka pihak Pemkab harus memiliki anggaran khusus untuk pengadaan cadangan beras. Beras yang tidak habis dipakai setiap tahunnya akan diremajakan. Beras yang berada di gudang dijual dan diganti dengan yang baru.

Dalam mengatasi rawan pangan yang kini mulai dikeluhkan warga utamanya di Wonogiri Selatan, pihak Ketahanan Pangan hanya mampu sebatas mencarikan bantuan beras dari provinsi. Sekitar 5 ton beras sudah diberikan beberapa waktu lalu ke wilayah rawan kekeringan. “Kita dapatnya hanya 5 ton itu dan juga sekali dalam satu tahun. Memang masih kurang, tapi sedikit banyak terbantu lewat program raskin,” jelasnya.

Selain itu pihak Ketahanan Pangan juga memberikan bantuan stimulant berupa bibit umbi-umbian, seperti singkong dan ketela yang banyak ditanam di wilayah Wonogiri Selatan. Tapi lagi-lagi karena keterbatasan dana, jumlah bantuan tidak banyak. Jika dilihat dari efektifitas memang bantuan bibit ini baru bisa dirasakan manfaatnya saat panen yang hingga berbulan-bulan, padahal kebutuhan makan setiap hari dibutuhkan.

“Secara cepat ya dropping beras bantuan tadi, tapi juga terbatas jumlahnya,” imbuh dia. Keluhan makin minimnya sumber pangan ini beberapa waktu lalu dikatakan warga Pule, Johunut, Paranggupito. Narno (35) mengatakan harga beras dirasakan mahal, itu masih ditambah dengan hasil panen singkong yang turun karena banyak pohon singkong mati.

“Belum lagi untuk beli air dan pakan untuk ternak,” katanya. Sedangkan Lurah Bayemharjo, Kecamatan Giritontro Dwi Sarwono mengatakan stok pangan warga di wilayahnya secara umum makin menipis. Penyebab utama juga banyaknya panen singkong yang gagal.

“Saat hujan lalu air melimpah, kemarau ini banyak pohon singkong mati karena dulu tanah terbiasa banyak asupan air. Lumbung pangan warga tidak sebanyak tahun lalu,” katanya.,Sedangkan Air Waduk Gajah Mungkur dangkal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar