Kamis, 01 Maret 2012

Kekerasan Bukan Karakter Yogya

YOGYAKARTA, (TRIBUNEKOMPAS)
By: Astri.


- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X meminta kepolisian bertindak tegas terhadap pihak mana pun yang melakukan kekerasan di wilayah Yogyakarta. Menurut Sultan, kekerasan bukanlah karakter masyarakat Yogyakarta.

Demikian pernyataan Sultan menanggapi munculnya berbagai macam aksi kekerasan organisasi masyarakat (ormas) yang akhir- akhir ini terjadi di Yogyakarta. ”Masyarakat Yogyakarta itu santun, selalu berdialog, dan tidak menang sendiri,” katanya, Rabu (29/2/2012), di Kepatihan, Yogyakarta.

Selain mendesak pihak kepolisian agar bersikap tegas, Sultan juga berharap para kepala daerah sebagai pemimpin wilayah mampu berbuat sesuatu untuk meredam aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh organisasi masyarakat atau siapa pun.

Secara terpisah, puluhan wartawan Yogyakarta dari berbagai media menggelar unjuk rasa untuk mengecam aksi anarkisme organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) dan Front Jihad Islam (FJI) di Pengadilan Negeri (PN) Yogyakarta, Selasa (28/2/2012). Aksi kedua ormas itu pada hari Selasa mencederai kontributor TV One, Nuryanto (33).

Aksi unjuk rasa wartawan pada intinya menegaskan penolakan terhadap aksi-aksi kekerasan ormas. Salah seorang wartawan, Mahadeva, dalam orasinya mendesak Kepolisian Resor Kota Yogyakarta mengusut tuntas kasus- kasus kekerasan, termasuk kekerasan yang melukai atau membahayakan wartawan yang sedang menjalankan tugas peliputan.

Anarkisme yang berlangsung di gedung lembaga penegak keadilan ini dinilai mengingkari jati diri masyarakat Yogyakarta dan bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan dan perdamaian.

Aksi saling lempar batu antara massa FPI dan FJI berlangsung pada Selasa lalu seusai sidang di PN Yogyakarta. Kubu FPI yang berada di luar Gedung PN Yogyakarta dan FJI yang berada di dalam ruang sidang saling ejek sebelum kemudian saling lempar batu.

Nuryanto yang tengah meliput peristiwa itu berada di antara kedua kubu yang sedang memanas itu. Tanpa diketahui dari arah mana, sebuah batu tiba-tiba melayang dan mengenai dahinya sebelah kiri hingga berdarah.

Kubu FJI dan FPI bertemu dalam sidang kasus dugaan penganiayaan dengan terdakwa Bambang Teddy. Agenda sidang itu adalah mendengarkan keterangan saksi korban. Bambang Teddy diajukan ke meja hijau dengan tuduhan penganiayaan terhadap Erna Efriyanti di sebuah supermarket di Yogyakarta tanggal 17 November 2011.

Kubu FJI sendiri mendukung Erna yang diduga menjadi korban kekerasan Bambang, sedangkan kubu FPI mendukung Bambang yang juga Ketua FPI Jawa Tengah-DIY.

Aksi kekerasan ormas juga terjadi di Yogyakarta, Rabu (15/2/2012), saat puluhan anggota Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) mengeroyok seniman Yogyakarta Bramantyo Prijosusilo. Bramantyo yang hendak menggelar pertunjukan seni menyikapi keprihatinan terhadap radikalisme, anarkisme, intimidasi, dan kekerasan atas dasar agama menjadi sasaran kekerasan massa MMI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar