GUNUNGKIDUL
(TRIBUNEKOMPAS)
By : Gaib WP.
- Ironis dan mengenaskan nasib Tuginem (71) warga Dusun Beji, Desa Beji, Ngawen, Gunungkidul. Sudah dirinya sakit parah akibat busung lapar, rumahnya yang memang sudah tak layak huni ambruk, Senin (18/3) lalu. Akibatnya, janda tua ini tertimbun reruntuhan rumahnya tersebut. Meski tak mengakibatkan korban jiwa, namun dia mengalami sedikit luka-luka dan shock.
By : Gaib WP.
- Ironis dan mengenaskan nasib Tuginem (71) warga Dusun Beji, Desa Beji, Ngawen, Gunungkidul. Sudah dirinya sakit parah akibat busung lapar, rumahnya yang memang sudah tak layak huni ambruk, Senin (18/3) lalu. Akibatnya, janda tua ini tertimbun reruntuhan rumahnya tersebut. Meski tak mengakibatkan korban jiwa, namun dia mengalami sedikit luka-luka dan shock.
“Awalnya rumah saya ini mau diperbaiki sama tetangga kanan
kiri. Namun karena kondisinya sudah tua dan rapuh, saat salah satu tiang
penyangga hendak diturunkan justru menarik balok kayu diatasnya. Dan kayu lapuk
itu justru patah, akhirnya seluruh rumah ambruk, rata dengan tanah. Saya yang
diranjang karena sakit, sempat tertimpa reruntuhan rumah.” Kata Tuginem.
Dikisahkan tetangga korban, Sumarno, sudah hampir dua tahun
ini Tuginem menderita sakit busung lapar dan komplikasi jantung. Otomatis
kondisi janda beranak dua ini hanya tergeletak diranjang tanpa bisa
beraktivitas seperti orang lain. Bahkan untuk keperluan MCK saja mesti dibantu
familinya. Sementara itu, kedua anaknya yang bekerja serabutan diluar kota
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Herannya, dengan kondisi seperti itu Tuginem
sama sekali nggak punya dana untuk berobat, bahkan jamkesmas pun dia nggak
punya.
“Memang dia sempat beberapa kali rawat inap di rumah sakit,
dulu sih menggunakan Jamkesmas. Namun entah mengapa dia saat ini tidak
memperoleh Jamkesmas lagi. Akibatnya penyakit busung lapar akibat kekurangan
gizi, saat ini merembet ke gangguan ginjal dan jantung hingga perutnya
membusung seperti itu. Lalu karena rumahnya juga rusak, lantas diusulkan agar
mendapat BRTLH (Bantuan Rumah Tidak Layak Huni - Red) dari Kemenpera. Setelah
dana cair dan mau dimulai rehab, eeeh rumahnya sudah ambruk. Saya sebagai
tetangga berharap kepedulian pemkab agar mau membantu Mbok Tuginem ini. Baik
itu bantuan untuk kesehatannya, juga untuk membangun rumahnya yang ambruk ini.”
Pinta Sumarno.
Ditambahkan tetangga yang lain, bantuan rehab rumah senilai
Rp 6 juta ternyata jauh dari mencukupi untuk merenovasi rumah itu, “Bayangkan
Mas, untuk beli semen, pasir, besi dan batako saja masih nombok. Apalagi
katanya pihak yang dibantu mesti swadaya agar rumahnya layak huni. Lha swadaya darimana,
orangnya saja sakit parah seperti itu ? Mestinya pemkab bijaksana dan mau
mengulurkan tangan memberi bantuan agar rumah ini bisa direhab. Tak hanya itu,
kalau memang Mbok Tuginem ini nggak dapat Jamkesmas, mohon dibantu Jamkesta
atau apalah, agar dia bisa berobat.” Katanya.
Sementara itu, BPBD dan Tagana bertindak sigap dengan
mengirimkan bantuan alakadarnya serta tenaga untuk emngevakuasi rumah yang
telah rata dengan tanah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar